Thursday, September 10, 2009

Takbir Cinta

Sifat kemanusiaan memaksaku kembali merinduinya. Entah sudah berapa kota kuseberangi. Namun, tetap saja aku tak mampu melupakannya. Dulu, saat aku memutuskan melanjutkan studiku di luar kota, aku pikir aku akan dapat melupakannya seiring berjalannya waktu. Banyak sudah pengembaraan kutempuh. Dari tipe cewek paling modern sampai yang berkerudung rapat. Aku tidak peduli bagaimana perasaan mereka saat kuputuskan. Bagiku yang terpenting adalah bagaimana dapat melupakannya.

Hari ini aku mendaftar sebagai remaja masjid. Masjid itu dekat dengan rumah kontrakanku. Aku berharap dengan jalan ini aku akan dapat melupakannya. Hampir tiap waktu kuisi dengan baca Al-qur’an, pergi ke perpustakaan, selebihnya kalau tidak kuliah, aku selalu menyibukkan diri aktif di berbagai kajian. Salah satunya; ya di masjid Nurus Syafa’ah ini. Di sini, aku mendapatkan banyak hal terutama tentang agama.

Tiga bulan berlalu. Aku merasa telah menemukan dunia baruku. Aku bisa lebih konsentrasi pada kuliah dan tugas-tugasku. Malam ini aku ingin bermalam di masjid ini. Menikmati indahnya malam dalam sujud panjangku. Tak terasa pipiku basah. Baru kali ini aku meneteskan air mata setelah sekian tahun lamanya. Malam ini aku merasa lega, dadaku lapang.

Setelah shalat aku langsung menuju taman di mana anak-anak remaja masjid berkumpul. Di antara kami anak remaja masjid hanya aku dan wahyu yang kuliah, sedang yang lain masih SMA. Hanya tiga orang yang bukan penduduk kota ini. Aku, Wahyu dan Zainal. Wahyu dari bandung, Zainal dari kalimantan dan aku sendiri dari Jatim. Kami seperti saudara di sini. Semua pengurus remaja masjid ada delapan. Sedang yang tinggal di masjid ini hanya lima orang. Sisanya tinggal di rumah masing-masing. Aku di kontrakanku, Firda dan Rozi di rumahnya sendiri karena dekat dengan masjid. Jaraknya hanya 300 m. Sedang Wahyu, Reza, Zainal, Mahbub dan Sofyan tinggal di masjid ini.

Di pondok yang mungil inilah kami biasa berkumpul setelah pengajian selesai. Biasanya dalam pengajian-pengajian itu kami menghadirkan ustadz dari luar atau teman-teman kampus yang mengerti banyak tentang agama. Terkadang kami juga mengundang aktivis dakwah dari kampus dan kota-kota lain. Tema yang kami angkat dalam setiap pertemuan selalu renyah dan menarik. Misalnya; di antaranya: Indahnya pernikahan dini dan peran perempuan dalam Islam. Alhamdulillah jama’ah pengajian kami setiap minggu bertambah banyak. Hampir semua anggota pengajian terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Pengajian ini bentuknya seperti forum di acara kampus atau sekolahan. Disini juga ada sesi Tanya jawab.

*** *** ***

Pada suatu hari aku dipanggil oleh Pak Ridwan. Beliau adalah salah satu donatur masjid ini. seperti biasa aku langsung memasuki pekarangan rumahnya yang luas. Di sisi kiri ada sungai buatan yang mengelilingi taman. Pot-pot kayu anggrek mahal Tainia shimadai dan Chysis digantungkan berderet-deret di jembatan itu. Dan di bawahnya tersusun rapi bejana keramik antik bertangga-tangga berisi kaktus Chaemasereas dan Parodia scopa. Sedang di tengah taman ada bangunan kecil semacam pondok yang berhiaskan bunga-bunga: anggrek, mawar dan melati. Merupakan tempat strategis buat berteduh untuk menghilangkan penat dan lelah sepulang kantor. Atau untuk menghilangkan bosan ketika sendiri. Taman ini sangat indah dan anggun. Apalagi di saat bulan purnama. Seperti ada peri-peri cantik yang bermain-main sambil bernyanyi-nyanyi. Betapa indahnya pemandangan itu. Aku sangat mengaguminya sampai tidak menyadari kalau Pak Ridwan sudah sejak tadi berdiri di sampingku.

“Maaf Pak. Dari asyiknya menikmati pemandangan taman itu sampai tidak tahu kedatangan Pak Ridwan,” ada rasa tidak enak menyusup hatiku. Inilah penyakitku kalau melihat pemandangan bagus sampai tidak tahu ada orang datang.
“Tidak apa-apa Nak Rizki. Taman itu memang indah. Kalau sedang bosan, penat atau lelah sepulang dari kantor, saya dan istri sering duduk di pondok itu. Putri saya yang mendesign semua ini. Dia sangat menyukai bunga, pemandangan dan keindahan-keindahan lainnya. Sampai suatu hari dia punya ide membuat taman indah ini,” ada rasa bangga dalam ucapannya. Namun, tidak ada kesan menyombongkan diri. Lalu beliau melanjutkan,
“Taman itu dibuat enam tahun lalu ketika putri saya berumur enam belas tahun. Dia sedang mondok di Jawa. Sekaligus kuliah. Sekarang sudah semester akhir. Di rumah yang besar ini, saya tinggal berlima. Saya, istri saya, Arif anak kami yang kedua, pembantu dan sopir. Putri kami itu sejak mondok jarang sekali pulang ke rumah ini. Paling-paling waktu libur selama seminggu. Apalagi setahun terakhir ini. Dia sibuk membantu mengajar di pesantren dan menyelesaikan skripsinya,” Pak Ridwan mengakhiri ceritanya lalu mempersilahkanku masuk. Aku duduk di ruang tamu. Kemudian pembantu datang membawa juice jeruk.

“Silahkan diminum Nak,” seru Pak Ridwan
“Bagaimana kabar keluargamu, sehat-sehat saja kan?,” tanyanya datar.
”Alhamdulillah semua keluarga di Jawa sehat wal afiat,” jawabku singkat.
“Bagaimana dengan pengajian di masjid, masih seperti dulu? Saya sudah lama tidak ikut pengajian itu. Saya terlalu sibuk, banyak kerjaan di kantor,”
“Alhamdulillah pengajian tetap berjalan baik. Bahkan sekarang anggotanya bertambah banyak. Karena kebanyakan anggota baru itu adalah pelajar dan mahasiswa(i). Pengajian itu menjadi ramai. Banyak anggota yang bertanya dan berpendapat,” jawabku penuh semangat.
“Baguslah kalau begitu. Itu berarti kalian sebagai pengurus masjid berhasil membaca situasi dan menarik minat masyarakat. Terlebih anak-anak mudanya. Kalau tidak salah, Nak Rizki kemarin sudah munaqasah skripsi. Apa kira-kira rencananya sekarang. Ada rencana menikah tidak, atau langsung nerusin program pasca sarjana?,”
“Soal menikah masih belum saya pikirkan Pak. Rencanya saya mau ngelanjutin S2 dulu, baru menikah. Kalau sekarang, saya tidak punya calon dan masih belum siap. Karena menikah tidak semudah yang kebanyakan orang pikirkan. Saya merasa masih bodoh dan banyak dosa untuk menjadi imam keluarga,” aku memang tidak pernah memikirkan hal ini. Aku masih ingin menikmati hidup ini sendiri. Tidak mudah bagiku melupakan Nadya begitu saja. Dulu, aku terpaksa meninggalkannya karena tuntutan keluarga. Meskipun hubunganku dengannya tidak selayaknya orang pacaran, tapi sebagai seorang sahabat. Aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku begitu juga dengannya. Namun, kami sama-sama mengerti bahwa perasaan kami sama.

“Nak Rizki, kalau seandainya sekarang calon itu ada, apa Nak Rizki mau menikah?,” aku merasa seperti penjahat yang sedang diintrogasi oleh pengacara.
“Kalau sekiranya Allah meridhainya. Tapi, untuk itu saya harus shalat istikharah dulu,” hanya itu kata yang dapat saya ucapkan. Aku tidak dapat mecari alasan lagi. Karena memang kenyataannya begitu.
“Kalau begitu, saya punya seorang calon buat Nak Rizki. Insyallah shaleha dan cantik. Namanya Nadya Shinta Dewi,” jantungku berdegup kencang mendengar awal nama itu. Tapi, aku pikir tidak mungkin dia. Walau sebenarnya hati ini sangat berharap.
“Kenapa nak, apa Nak Rizki sudah mengenalnya?”
“Ti..tidak Pak. Saya tidak mengenalnya. Hanya tidak menyangka saja kalau hari ini, tiba-tiba saja mendengar ada seorang calon buat saya. Padahal, selama ini saya tidak pernah memikirkan soal nikah. Dan sekarang Allah mendatangkannya melalui bapak,” ada rasa haru dan bahagia. Aku merasa seperti dalam mimpi saja.
“Insyallah nanti sore orangnya akan datang. Nanti saya akan pertemukan kalian untuk melakukan ta’aruf. Dia bukan lain adalah orang yang mendesign taman indah yang kamu kagumi itu. Saya sudah membicarakan hal ini padanya. Dan dia memasrahkan semuanya pada saya.” Lalu aku mohon pamit pada Pak Ridwan karena dzuhur tinggal 15 menit lagi. Masih ada waktu untuk sampai di masjid Nurus Syafa’ah. Aku ingin cepat-cepat sampai di sana. Aku ingin melakukan sujud syukur atas karunia ini. Aku ingin segera memberitahu kabar bahagia ini pada keluargaku di Jawa dan teman-teman pengurus masjid. Tapi, terpaksa aku harus menyimpan kabar bahagia ini untuk sementara waktu. Karena aku harus melakukan shalat istikharah dulu. Kalau nanti hasilnya baik, baru aku mau mengabarkan kabar bahagia ini.

Sudah dua hari aku melakukan shalat istikharah dan hasilnya sama seperti shalat sebelumnya. Dalam mimpiku, aku bermimpi membaca surat Al-Rum ayat 21 yang artinya “Dan di antara tanda(kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram padanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” Sekarang sudah bulat keputusanku. Aku akan menerima tawaran itu. Aku yakin sekarang sudah waktunya bagiku untuk menikah. Aku akan memberitahukan kabar baik ini pada Pak Ridwan. Nanti siang setelah shalat dzuhur aku akan menemui Pak Ridwan.

Tadi aku telah mengabarkan kabar baik itu pada keluargaku di Jawa. Mereka menyetujui keputusanku untuk menerima tawaran itu. Juga pada teman-temanku di masjid Nurus Syafa’ah ini. Meskipun aku sendiri tidak tahu seperti apa calonku itu. Tapi, aku yakin dia shaleha dan cantik. Aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah Pak Ridwan. Hari ini, aku akan melakukan ta’aruf dengannya. Tadi sebelum shalat dzuhur aku telah menelpon Pak Ridwan. Sekarang tentu keluarga Pak Ridwan telah berkumpul di sana. Memang benar peribahasa yang mengatakan bahwa jodoh tidak akan ketukar. Dia akan datang sendiri. Sekuat apa pun kita berusaha kalau belum waktunya, maka tidak akan dapat. Namun, bukan berarti hanya diam-tidak berusaha. Dan hal ini sudah jelas dalam Al-qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 bahwa “...sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...”

Rumah Pak Ridwan. Tepat seperti yang kujanjikan, aku datang tepat waktu. Mereka telah berkumpul; Pak Ridwan dan istrinya. Sesekali aku mengerling ke semua tempat. aku mencari sosok yang sangat kunantikan itu. Yang kubayangkan seperti bidadari. Namun, aku tidak dapat menemukannya. Aku mencoba menyabarkan hatiku. Tapi, rasa penasaran dan keingintahuanku malah membuatku tidak tenang. Aku paksakan diriku untuk tersenyum semanis mungkin. Aku tidak ingin mereka melihatku seperti ini.

“Bagaimana Nak Rizki, apakah sudah kamu pikirkan matang-matang tawaran itu,” Pak Ridwan memulai pembicaraan.
“Iya, Pak. Sudah. Saya sudah melakukan shalat istikharah berkali-kali. Dan hasilnya tetap sama. Dalam mimpi, saya bermimpi membaca surat Ar-Rum. Dan jawaban saya adalah saya menerima tawaran itu.”
“Alhamdulillah. Saya bersyukur sekali, Nak Ridwan mau menerima tawaran itu. Kalau begitu, sekarang saya akan pertemukan Nak Rizki dengan Nadya untuk melakukan ta’aruf,” Pak Ridwan kelihatan sangat bahagia sekali. Lalu beliu memanggil putrinya. Jantungku berdegup kencang. Inilah saat paling menegangkan bagiku. Sosok yang sangat kunantikan akan muncul. Aku tak kuasa mengangkat wajahku. Meskipun dalam hati ingin rasanya aku berlari menjemputnya ke lantai atas. Ingin kutuntun tangannya yang lembut itu menuruni tangga. Takut kalau ia akan jatuh. tapi, jangankan berlari menjemputnya, untuk berdiri saja aku tak mampu. Aku merasa tubuh ini bukan lagi milikku. Hanya hatiku yang masih kurasa milikku seutuhnya. Ada kekuatan aneh menguasaiku. Ada getar yang selama ini mulai meredup terang kembali. Aku merasa getar itu semakin kuat seakan dibawa oleh sosok ramping yang kini duduk di depanku. Aku seperti telah lama mengenalnya. Bukan kemarin atau seminggu yang lalu, tapi bertahun-tahun. Tiba-tiba, kekuatan yang menguasaiku itu hilang. Sekarang aku merasa jiwaku nyaman, pikiranku tenang, jantungku normal kembali. Kuangkat perlahan-lahan wajahku. Dengan membaca basmalah aku luruskan pandangan.

”Assalamu’alaikum,” inilah suara yang selama ini kunantikan. Yang telah membuatku menyebrangi berbagai kota hingga akhirnya aku sampai di sini. Aku masih tidak yakin dengan apa yang kulihat. Kujelajahi wajahnya, takut salah orang. Tapi, mata itu, bibir itu, hidung itu dan senyum itu tidak mungkin dapat kulupakan. Tidak salah lagi. Pasti dialah yang selama ini kuimpi dan kurindukan.
“Wa’alaikum salam,” tak kuasa kubendung air mataku. Begitu juga dengannya. Tanpa sadar kami saling bertatapan. Kini kata-kata tidak kami butuhkan lagi untuk menumpahkan rasa rindu dah haru. Seakan cukup dengan bahasa mata kami. Semua seperti berhenti. Dunia seperti hanya milik kami saja. Sampai akhirnya,
“Ehmm...” Kami baru sadar bahwa di ruangan ini tidak hanya ada kami saja. Tapi, juga ada orang lain.
“Rupanya kalian sudah saling kenal. Berarti tidak perlu melakukan ta’aruf lagi. Kalau begitu kami ke atas dulu,” Pamit Pak Ridwan dan Bu Ridwan.
“Aku sama sekali tidak menyangka kalau itu kamu. Aku pikir kita tidak akan bertemu lagi setelah sekian lamanya aku meninggalkan tempat kelahiranku. Bahkan aku pikir kamu sudah berkeluarga. Tapi, siapa duga ternyata Allah mempertemukan kita lagi untuk menyempurnakan separuh agama kita. Sekarang aku benar-benar bahagia dan bersyukur karena Allah mendengar do’a-do’aku.” Saat ini aku merasa, akulah orang yang paling beruntung di dunia ini.
“Iya, sama. Aku juga berpikir bahwa kita tidak akan bertemu lagi. Apalagi ketika ayah menawariku seorang lelaki yang kata ayah dia adalah mahasiswa jurusan hukum, orangnya shaleh dan pintar. Lalu aku shalat istikharah dan hasilnya baik. Maka, aku memasrahkan semuanya pada ayah. Siapa duga lelaki itu adalah kamu. Aku benar-benar bahagia dan bersyukur sekali. Ternyata perasaanku sama kamu tidak salah. Aku telah memilih lelaki yang tepat tempat melabuhkan cinta dan rinduku. Dan sekarang lelaki itu akan menjadi imamku mengarungi bahtera hidup ini.” Matanya berkaca-kaca begitu juga denganku. Rasa haru dan bahagia menyusup ke hati kami. Ada kekuatan aneh yang menguak tabir rindu yang selama ini mengakar jauh di dasar hati.

Tibalah hari terindah yang paling dinanti-nantikan semua orang di dunia ini. Dimana awal kehidupan baru dimulai. Dan itu, kini kami yang menjalaninya. Kami telah mengikat janji dan mengucapkan sumpah. Hari ini semua seperti baru diciptakan. Semua orang seperti tidak punya beban. Semua tertawa riang dan tersenyum. Wajah mereka berseri-seri. Inilah dunia baru kami. Dan sebentar lagi kami akan membuka tabir rahasia itu bersama. Meneguk madu-madu cinta, menumpahkan semua rindu, dan bertakbir bersama menikmati ciptaan-Nya.



madrasah 2009

Monday, May 4, 2009

Kebenaran Yang Terungkap

Dia baru saja dari kantin. Tak pernah sedikikt pun terbayang bahwa dirinya akan terlibat masalah besar, masalah yang akan merusak nama baiknya. Kini reputasinya sedang diuji, dia baru kelas tiga SMP di usianya yang ketiga belas tahun saat ini, tapi pikirannya jauh melampaui umurnya. Seperti biasa, melihat teman-temannya sedang serius membicarakan sesuatu, timbul kenakalannya. Dia tidak mau tahu apa yang sedang dibicarakan, yang penting ikut nimbrung dan mencuri dengar, untung kalau itu bermamfaat. Tapi, kini orang yang ingin di-usilin itu, ternyata malah membawa petaka baginya. Dia cuma tahu bahwa temannya sedang merencanakan sesuatu, dan itu menarik perhatiannya, apalagi dalam usianya yang seperti itu. Lebih tepatnya masa pencarian jati diri, masa puber yang mendorong darah panasnya bergejolak setiap kali melihat lawan jenis. Perasaan aneh pun muncul tanpa ia tahu apa namanya, dia hanya tahu bahwa dirinya merasa nyaman, gelisah dan sakit, yang membuatnya kadang ingin menangis, itu yang akhir-akhir ini ia rasakan. Maka mendengar rencana itu, membuatnya penasaran, ia simpan baik-baik dalam pikiran semua yang didengarnya tadi, terutama hari, tanggal dan tempat. Ia tahu pasti dimana letak tempat yang direncanakan itu, dan ia akan datang lebih awal dengan berpura-pura lewat di depan mereka, setidaknya itu akan menghilangkan kecurigaan mereka. Ini kesalahannya yang terbesar, yang nyaris mencoreng nama keluarga, masa depan dan mengancam keselamatannya.

Entah berapa kali ia melihat jam tangannya, ia mulai tidak sabar, pikirannya melayang jauh beberapa kilometer dari tubuhnya berada. Waktu terasa sangat lamban baginya. Pelajaran matematika yang sangat ia senangi, menjadi sangat membosankan. Biasanya dia yang paling bersemangat dalam kelas, dan paling awal menyelesaikan tugas, tapi kini rasa penasaran dan rasa ingin tahunya mengalahkan semua itu. Tinggal seperempat menit lagi, pikirnya dan itu cukup membuatnya mati penasaran. Ia mencari akal agar waktu dapat berlalu dengan cepat, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Pena yang dipegangnya dari tadi ia corat-coretkan sesuka hati, hanya satu kata yang ia tulis: “cepat”. Ternyata ini membantunya, lima belas menit pun berlalu setelah dua lembar kertas di depannya penuh corat-coret tak beraturan. Ia bernafas lega saat bel pulang berdering.

*** *** ***

Benar seperti yang kuduga, aku terlambat. Seharusnya tadi aku tidak pulang dulu, agar melihat apa yang mereka lakukan. Aku yakin, mereka pasti masih di sekitar sini. Aku harus menemukan mereka.

Lima belas menit berlalu, Dani belum menemukan mereka, sementara dia sudah lelah, haus dan lapar. Tadi, dia tidak sempat makan siang di rumah, gara-gara terburu-buru ingin mengintip Si Ardi dan Jefri brengsek itu. Dia terpaksa kembali lagi ke pintu gerbang masuk, karena hanya di sana adanya kantin dan toko. Kebetulan sekali dia kenal akrab dengan anak pemilik toko itu. Waktu SD dia sekelas denganku, namanya Rahmat. Dani mendengar Rahmat sering membantu orang tuanya menjaga toko sehabis bersekolah. Karena rumahnya lumayan jauh dari SMPN 1, Rahmat memilih sekolah di SMPN Asri dekat rumahnya, paling banter satu kilometer jauhnya.

“Dani, tumben kesini,” sapa Rahmat.
“Iya, nih, ada something. Kamu bisa ikut aku, sebentar?”
“Bisa, emang mau kemana?” Rahmat balik bertanya.
“Ke pantai. Tadi kamu lihat dua orang pergi ke pantai itu, nggak?”
“Tadi emang ada beberapa orang lewat sini, tapi aku ggak tahu apa mereka orang yang kamu maksud. Emang ada apa, koq kamu mencari mereka?”
“Dua orang yang kumaksud itu teman sekolahku. Mereka punya niat nggak baik”
“Kemarin secara tidak sengaja aku mendengar rencana mereka. ayo cepat ! sebelum terlambat, kasihan cewek-cewek itu,” lanjutku
Kulihat wajah Rahmat memerah, jelas dia marah sekali. Kami berjalan menyusuri sepanjang pantai. Banyak jejak telapak kaki di sini, tapi kami tidak tahu telapak kaki siapa yang sedang kami ikuti. Jauh di depan sana, sekitar seratus meter, kami melihat enam orang laki-laki dan perempuan sedang berenang. Harapan kami berkobar kembali.

“semoga mereka yang kita cari,” Dani berkata pada Rahmat penuh harap.
“Mudah-mudahan aja benar,” ucap rahmat dengan wajah penuh harap. Kulihat dia sudah lelah, begitu juga denganku. Sudah dua puluh menit kami menyusuri pantai, memasuki seluk belukar dan pohon-pohon cemara. Tapi, mereka tidak ada di sana. Pantai ini sangat indah dan terbersih di propinsi Jatim. Di sekililingnya penuh pohon cemara, yang oleh penduduk sekitar, pohon tersebut dijadikan bisnis, yang dipesan oleh beberapa perusahaan furnitur di kota-kota besar di Indoensia. Pohon-pohon itu dirawat dengan baik sehingga menjadi hiasan taman dan halaman, orang-orang sini menyebutnya bonsai. Kegiatan penduduk di sini sehari-hari menyiram bonsai-bonsai mereka, memotong batang-batangnya sampai kelihatan menarik, lalu di bagian-bagian tertentu diberi kawat untuk membentuk dahannya.

Pantai ini adalah pantai kedua yang memiliki pohon cemara terbanyak di dunia setelah Australia. Pengunjungnya banyak sekali, tidak hanya orang-orang kebupaten tetangga saja yang datang, tapi juga dari luar pulau. Apalagi ketika hari raya ketupat, ratusan ribu orang pengunjungnya. Mereka yang dari luar kota biasanya tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri sudah mendirikan kemah di sini. Selain membawa segala macam peralatan kemping, mereka juga membawa sound system yang biasanya digunakan untuk orkestra. Suasananya sangat ramai, mereka berlomba-berlomba memutar musik sekencang-kencangnya. Karena pantai dan pohon cemaranya yang banyak itulah, jalan-jalan di sini diberi nama Jl.Cemara Udang.

Kuperhatikan satu per satu wajah keenam orang itu, tak satu pun yang kukenal. Semangatku melemah seperti lilin yang hampir mati. Kulihat Rahmat tak jauh beda keadaannya denganku. Dia nampak lelah sekali. Iseng dia bertanya pada lelaki di antara mereka yang kebetulan berenang di pinggir pantai. Dia pikir tidak ada salahnya bertanya, siapa tahu mereka tadi melihat orang yang kucari itu. Ternyata benar dugaanku, tadi mereka melihat cewek-cewek itu berjalan ke tengah pohon cemara di samping kami. Dia bernafas lega setelah mendengar jawaban itu. Tapi, Rahmat tidak hanya behenti di situ saja. Dia memastikan kembali apakah mereka juga melihat dua orang cowok yang kucari itu. Semoga saja mereka melihatnya, harapku dalam hati. Selesai sudah pencarian kami, tidak salah dia tadi bertanya pada mereka.

“Astaghfirullah,” ucapku lirih. aku terdiam kaku, juga Rahmat. Kami terlambat datang, peristiwa yang kami takutkan itu, telah terjadi. Wajah kami memerah melihat pemandangan di depan kami. Enam perempuan itu terbaring tanpa busana, kecuali satu orang saja yang masih berpakaian lengkap. Kami bingung harus berbuat apa, jangankan berteriak, bergerak saja kami lupa. Mata kami melotot seperti tidak mau berkedip melihat surga yang sangat indah, seakan kami tidak akan melihatnya lagi. Semenit kemudian kami sadar kembali. Rahmat langsung berlari ke arah laki-laki dan perempuan yang kami tanyai tadi untuk minta pertolongan. Setelah bayangan Rahmat menghilang di balik pohon, aku mengambil pakaian yang berserakan di antara tubuh-tubuh telanjang itu. Tapi, sebelum sempat kututupkan pada tubuh-tubuh itu, aku merasa ada orang yang membiusku dari belakang, lalu kesadaranku hilang dan aku pingsan. Saat aku sadar, aku sudah tidak melihat tubuh-tubuh itu, tiba-tiba aku telah berada di tokonya Rahmat, aku hanya melihat Rahmat di sampingku.

“Aku ada di mana, bagaimana keadaan gadis-gadis itu?” tanyaku lemas.
“Mereka telah pulang. Kasihan mereka menjadi korban kebiadaban cowok-cowok kurang ajar itu”
“Cewek-cewek itu sangat terpukul setelah tahu apa yang menimpa mereka” sambung Rahmat.

Rahmat melanjutkan, “Aku bingung, sebab setelah aku kembali lagi bersama orang-orang yang kuminta tolong tadi, kami mendapatimu dalam keadaan telanjang juga di antara gadis-gadis itu. Memangnya apa yang terjadi? Atau jangan-jangan kamu juga memperkosa mereka?”

Aku terlonjak kaget, aku tak pernah membayangkan sama sekali sebelumnya, kini aku telah menjadi korban fitnah .
“Innâ lillâh, aku telah menjadi korban fitnah mereka. Tidak mungkin aku sebejat itu. Justru aku ke sini untuk menolong mereka. Ya, aku ingat, tadi saat kamu pergi minta bantuan, aku memunguti pakain-pakain gadis itu, tiba-tiba ada orang yang membiusku dari belakang, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, aku pingsan,”. Wajahku merah padam, aku benar-benar marah.
“Syukur lah kalau begitu. Aku juga tidak yakin kamu tega melakukan hal itu. Melihatmu pingsan tanpa pakaian, aku bingung. Teman-teman yang kuminta tolong juga bingung. Tapi, akhirnya aku berhasil meyakinkan mereka kalau semua ini perbuatan dua orang yang mereka lihat sebelumnya. Pingsanmu itu yang menolongmu. Andai saja saat itu kamu tidak pingsan, pasti kamu telah di-gebukin oleh mereka. Allah memang selalu bersama orang-orang yang baik,”. Hatiku lega mendengar keterangan Rahmat. Allah telah menolongku. Aku langsung mengucap syukur padaNya.

Seminggu berlalu tanpa terjadi apa-apa. Sepertinya peristiwa itu hilang begitu saja tanpa bekas. Sedang aku masih tidak bisa melupakan kejadian itu. Aku tidak bisa memaafkan mereka, namun aku juga tidak bisa berbuat sesuatu, aku tidak punya bukti. Entah, bagaimana perasaan gadis-gadis itu, juga keluarganya, pasti sangat terpukul oleh musibah ini. Seandainya saja aku bisa mengulang waktu, yang pertama ingin kulakukan adalah menggagalkan rencana bejat itu. Sayang aku bukan Tuhan, aku hanya manusia biasa yang punya salah dan dosa, yang bisa aku lakukan hanya berusaha dan berdo’a saja. Mungkin ini yang disebut nasib, mau tidak mau aku harus ikhlas dan sabar menerimanya, karena Allah bersama mereka yang sabar. Di balik semua ini pasti ada hikmahnya, karena Allah hanya akan menguji umatnya sesuai batas kemampuan mereka.

*** *** ***

Kasihan sekali Dani, niatnya ingin menolong orang malah dia yang terlibat masalah besar, tidak hanya reputasi dan nama keluarganya yang nyaris tercoreng, tapi dirinya juga nyaris dijebloskan ke penjara. Dia benar-benar bingung tidak tahu harus berbuat apa, bahkan hampir gila memikirkan masalah itu. ini yang ia takutkan dan kini telah terjadi. Kabar tentang ternodanya lima gadis itu tersebar luas dan sekarang kasusnya sedang ditangani oleh polisi. Jefri dan Ardi tersangka utama, mereka sedang di interogasi polisi, dia tinggal menunggu giliran saja. Ternyata lima gadis itu dalam laporannya juga menyebutkan nama Dani selain Ardi dan Jefri. Karena dia pingsan dalam keadaan telanjang bulat ketika peristiwa itu terjadi, apalagi dia berada di antara korban-korban itu, sehingga membuatnya terseret masalah besar yang nyaris menghancurkan masa depan dan nama baik keluarganya.

“Ma, aku tidak melakukan perbuatan terkutuk itu,” ucap Dani sambil menyeka matanya yang berair. Mamanya juga menangis, mereka menangis berpelukan. Mamanya mengerti bahwa anaknya sangat terguncang oleh peristiwa ini. Nyaris ia tak percaya pada anak bungsunya ini karena saking kagetnya, begitu juga dengan Papanya. Tapi, setelah mendengar semua penuturan Anak bungsunya itu, Ibu Salamah dan Pak Saipul percaya sepenuhnya. Mereka tahu bagaimana anak bungsunya; kelakuan dan sifatnya. Jangankan melakukan perbuatan sebejat itu, melihat orang tertimpa musibah saja, Dani lah yang pertama menolong orang itu. Pernah anak gadis tetangga diganggu oleh anak-anak muda berandalan di persimpangan jalan di ujung pasar minggu, saat itu Dani baru pulang dari supermarket membelikan pesanan Mamanya, dalam perjalanan pulang itu, ia melihat seorang perempuan sedang diganngu anak-anak berandalan yang sering nongkrong di pinggir jalan dekat pasar. Tanpa berpikir lama, meskipun saat itu ia hanya sendirian sedang anak-anak berandalan itu bertiga, ia tidak takut. Nyaris ia kehilangan nyawa satu-satunya kalau tidak ada orang yang datang menolong, wajahnya babak belur, tangannya berdarah kena batu ketika ia jatuh, bajunya robek, ia sudah hampir pingsan di-gebukin, untung penolong itu datang tepat waktu dan akhirnya ia selamat meski selama tiga hari dirawat di rumah sakit. Sejak kejadian itu, tidak ada lagi anak-anak berandalan yang berani nongkrong di ujung pasar minggu, sebab masyarakat sekitar sangat marah pada mereka. Polisi juga turun tangan mengamankan tempat-tempat yang biasa dijadikan markas mereka nongkrong itu.

“Iya, nak...Mama percaya sepenuhnya pada kamu. Kamu harus sabar, ya! Mama yakin, kebenaran akan terungkap. Mama dan Papa akan membela kamu kalau perlu dengan nyawa Mama,” ucap Ibu Salamah di sela isaknya sambil mengelus kepala anak bungsunya itu. Mereka lama berpelukan, Dani kini sudah pasrah, dia yakin kebenaran akan terungkap. Dia tidak sendiri, ada Tuhan yang akan selalu melindunginya, ada Mama dan Papanya yang akan selalu ada di belakangnya, mendukungnya.
“Mama, memang Mama Dani yang terbaik di dunia ini. Dani sayang Mama,” Ibu Salamah semakin terharu mendengar kata-kata bungsunya. Ia semakin erat memeluk Dani. Kini Dani lah satu-satunya orang yang paling ia perhatikan setelah anak perempuannya yang sulung tinggal di rumah neneknya di kota, meneruskan kuliahnya di sana. Besok anak sulungnya, Zahra akan pulang ke rumah ini, Zahra sudah mendengar musibah yang manimpa keluarganya, terutama adik semata wayangnya itu. Kemarin Ibu Salamah menelponnya, memberi tahu musibah yang sedang menimpa keluarganya. Ibu Salamah berharap Zahra bisa menemani Dani dan menghiburnya. Karena sejak kecil Dani paling dekat dengan kakaknya, Zahra.

*** *** ***

Sidang sudah dimulai tiga puluh menit yang lalu, semua terdakwa berdiri ditempatnya masing-masing. Kini giliran Dani yang ditanyai, semua saksi sudah datang, Rahmat dan teman-teman Dani di SMPN 1 juga datang dan ini adalah sidang terakhir yang akan menentukan nasibnya ke depan. Dari sidang-sidang sebelumnya Dani terpojokkan, karena saat itu Rahmat tidak datang, dia mengunjungi keluarganya di luar kota. Dani tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi saksi baginya selain Rahmat, enam orang yang diminta tolong oleh Rahmat waktu musibah ini terjadi tak satu pun yang dikenalnya. Hampir dia putus asa memikirkan nasibnya kalau tidak ada Mama dan kakak perempuannya itu yang selalu mendukung, menghibur, dan meyakinkannya bahwa kebenaran pasti terungkap. Ternyata, ketika dia pingsan dalam keadaan telanjang bulat itu Jefri dan Ardi memamfaatkannya. Mereka memfoto Dani bersama tubuh-tubuh korbannya, ini yang membuat posisi Dani terpojokkan. Kalau Rahmat sebagai saksi satu-satunya itu tidak datang, ia tidak tahu lagi nasibnya akan seperti apa, juga perasaan keluarga; Mama, Papa dan kakak perempuannya Zahra. Melihat kehadiran Rahmat ia bernafas lega, kupasrahkan semuanya pada-Mu ya Allah, berikan hamba yang terbaik dan yakinkan hamba bahwa kebenaran pasti terungkap, do’anya dalam hati.

Berakhir sudah semuanya, kebenaran telah terungkap, masa depannya terselamatkan. Ternyata penyebab suksesnya rencana bejat Ardi dan Jefri itu karena ada Tina yang membantu, dia adalah satu-satunya cewek yang ketika musibah itu terjadi masih dalam keadaan berpakaian. Sebelum musibah ini terjadi tanpa sepengetahuan teman-temannya diam-diam Tina mencampur obat bius di minuman mereka untuk menghilangkan kecurigaan teman-temannya itu, Tina pun ikut-ikutan meminum minuman itu dan dia juga ikutan pingsan. Semua ini terjadi karena Tina butuh uang banyak buat biaya rumah sakit Ibunya dan itu diketahui oleh Ardi dan Jefri, lalu mereka memamfaatkan keadaan ini untuk melaksanakan rencana mereka. Kemarin Tina mengaku semua itu di pengadilan, setelah kejadian yang sebenarnya terungkap oleh kesaksian Rahmat dan enam orang yang tidak dikenal oleh Dani, yang waktu musibah ini terjadi diminta tolong oleh Rahmat. Kini, Jefri dan Ardi telah dijebloskan ke penjara sedang Tina mendapat hukuman lebih ringan dari mereka, karena Tina hanya sebagai pihak yang dimamfaatkan oleh dua orang itu.

Setelah kejadian itu, Dani pun lebih bijak menatap hidup, pengalaman telah mengajarkannya banyak hal yang tidak didapat di sekolah. Ia telah melewati peristiwa luar biasa dalam hidupnya yang tidak semua orang mengalaminya. Ia sudah tahu bagaimana menghargai hidup ini. Tidak hanya itu, ia benar-benar beruntung punya Mama yang selalu percaya dan selalu ada untuknya, kakaknya Zahra yang slalu menghibur dan menghidupkan keyakinannya dan Papa yang selalu membelanya dan mengajarkan ketegaran padanya serta teman yang membelanya, membantunya terbebas dari fitnah itu. Syukur padaMu, ya Allah! Engkau telah mengembalikan keyakinanku akan kuasaMu setelah hampir redup oleh keputusasaan, ucap Dani di sela-sela doa’anya.



Madrasah 26 maret 2009

Cinta Yang Ternoda

Perempuan itu masih belum yakin dengan apa yang di bacanya. Betapa mungkin hal ini terjadi, setahu dia selama ini hubungannya dengan Jodi biasa saja. Sudah tiga tahun ia mengenal Jodi, tapi tidak sekalipun melihat Jodi memperhatikannya. Tapi, surat itu yang ia terima tiga hari lalu dari Jodi, sungguh mengejutkan sekali. Dalam surat itu sudah jelas maksudnya bahwa Jodi suka padanya. Meskipun tidak dinyatakan secara langsung, tapi ia yakin bahwa Jodi mencintainya. Masak hanya untuk berteman saja, Jodi harus memberinya surat seperti itu. Dia bingung harus menulis apa untuk membalas surat Jodi. Biarlah besok aku akan menemuinya, pikirnya.

Seminggu berlalu ia masih larut dalam kebimbangan, tentu saja sebagai seorang perempuan tidak mungkin baginya menyatakan cinta duluan pada seorang lelaki. Tapi, keadaan memaksanya, akhirnya ia menyerah. Besoknya perempuan itu benar-benar menemui Jodi. Lega hatinya, Jodi memang mencintainya, kini ia tidak lagi merasa kesepian. Sang pangeran telah datang membawa sejuta impian untuknya, bunga-bunga cinta di hatinya, kini tumbuh bersemi.

Hari demi hari mereka lalui bersama. Tak peduli mau ada hujan atau badai, yang penting dapat bersama. Panah-panah asmara telah merubah semua yang ada di sekelilingnya menjadi tiada, kebahagian membuatnya lupa, ia terlalu percaya pada pengerannya itu sehingga tidak sempat membedakan cinta yang benar dan yang palsu. Sampai akhirnya kenyataan menyadarkannya bahwa Jodi juga manusia biasa.

Tidak ada sesuatu paling menyakitkan baginya kecuali apa yang sekarang di hadapinya. Rasanya baru kemarin ia merasakan kebahagian itu. Sungguh sulit dipercaya bahwa lelaki yang selama ini dijadikan sandaran hati, dirindu dan impikan, ternyata telah membohonginya. Selama ini tidak pernah sedikit pun terbayang kalau seseorang yang sangat dicintainya itu sebenarnya tidak pernah mencintai dirinya. Ia tatap potret dirinya bersama lelaki itu di atas meja belajarnya. Tiba-tiba tanganya sudah bergerak meraih potret itu, namun urung membantingnya. Gumpalan-gumpalan benci semakin membesar. Lalu ia pun tersungkur begitu saja di sudut kamar. Lelaki. Apa mereka semua sama?

Perlahan ia raih lagi ponsel Jodi yang tadi tertinggal di rumahnya. Nyeri sekali. laki-laki yang entah siapa hanya berinisial A, menyapanya “selamat, kamu telah berhasil mendaptkan perempuan itu. kamu menang” Beberapa saat lalu ia hanya cengengesan membacanya. Mungkin teman yang iseng. Tapi ia terhenyak dan tiba-tiba merasa terbanting. Pada bagian sent, ia melihat balasan sms pujaan hatinya itu! Kata-kata “Makasih, seminggu lagi aku tagih janjimu.” Airmatanya semakin berderai-derai dan beliung-beliung dari berbagai penjuru menikam batinnya.

Setahun bukan waktu yang sedikit untuk mengenal pujaan hatinya itu, tapi ternyata ia telah salah menilai. Selama ini ia terlalu larut dalam kebahagiaan sehingga tidak dapat melihat semua ini. Dunia seperti kiamat baginya, matanya sudah sembab dan bengkak, tapi ia tidak peduli, hatinya terlalu sakit menerima kenyataan. Dia tidak tahu bagaimana akan menghadapi hari selanjutnya, ia merasa hidupnya telah hancur.

*** *** ***

“Apa artinya semua ini?” tanya Sandra pada jodi sambil memperlihatkan sms itu. Ia mencoba untuk tidak menangis, ia tahan air matanya sekuat mungkin. Ia butuh kepastian dari Jodi, butuh penjelasan, dan ia berharap apa yang dibacanya kemarin itu bukan seperti yang dibayangkannya.

Jodi hanya diam tanpa ekspresi, matanya menerawang jauh, ia sadar dirinya bersalah, tak pernah sedikit pun terlintas di pikirannya bahwa apa yang dilakukannya itu, kini telah menghancurkan harapan perempuan yang berada di depannya.

Dengan bercanda akhirnya Jodi menjawab juga “Sms yang mana sayang, pasti kamu salah baca. Udah, nggak usah pikirin sms nggak penting itu. mendingan kita makan aja yuk, lapar ,”

Perempuan itu masih berdiri tak bergeming, ia menangkap gelagat kebohongan di mata Jodi. Sembilu semakin menggiris hatinya. Lalu ia melanjutkan,

“Selama ini aku tidak pernah meminta sesuatu padamu, tapi sekarang, tolong jawab dengan jujur apa artinya semua ini?” ucap sandra sambil memperlihatkan sms orang yang berinisial A itu.

Lama jodi terdiam kaku, tak disangkanya bahwa sandra telah membaca sms itu.

“Maafkan aku sayang, aku telah bersalah, selama ini aku telah membohongimu,” Jodi tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Wajahnya tertunduk penuh sesal. Tapi, ia sudah bertekad akan menjelaskan semuanya.

“Pada awalnya aku memang tidak mencintaimu bahkan aku sempat menjadikanmu taruhan. Namun, setelah aku mengenalmu lebih jauh, aku mulai jatuh cinta padamu. Aku tahu telah bersalah dan mungkin aku tak pantas menerima maafmu. Sekarang terserah padamu, aku siap menerima hukuman sepahit apapun,” sambung jodi.

Lengkap sudah penderitaan perempuan itu, air mata yang ditahannya dari tadi, kini tumpah bagai air yang lepas dari bendungannya. Sembilu memahatkan lagi nanah di batinnya. hampir ia pingsan menahan luka yang masih mengangah itu.

“Aku juga manusia bukan boneka yang boleh kamu permainkan perasaannya sesuka hatimu. Aku punya perasaan dan aku juga punya hati. Puas kamu sekarang telah menghancurkan hidupku,” perempuan itu berhenti sebentar. Isaknya semakin menjadi. Lalu ia melanjutkan,

“Apa kamu pikir aku ini barang, sampai kamu tega menjadikanku taruhan. Ternyata selama ini aku telah salah menilaimu,”

“Tolong maafkan aku. Hukumlah aku sesuka hatimu, kalau perlu bunuh sekalian. Asal dengan itu bisa menghapus salahku padamu. Sekarang aku tidak akan bilang bahwa aku telah jatuh cinta padamu karena kamu tidak akan percaya itu. ini permintaanku yang terakhir, tolong beri aku kesempatan menebus semua salahku padamu,”

“Kecuali kamu mau melihat mayatku besok di depan rumahmu,” sambung Jodi.

Perempuan itu masih terisak. Pipinya telah basah air mata. Betapa perihnya perempuan itu menggigit bibirnya yang tiba-tiba asin darah. Sulit baginya menerima kenyataan pahit ini. Namun itu telah terjadi.

Malam semakin larut dan dingin. Perempuan itu mengigil menyadari apa yang terjadi. Kini tangisnya mulai redah. Ia mulai dapat mengendalikan emosinya. Ia berpikir kembali, tidak mungkin baginya membiarkan Jodi membunuh dirinya sendiri. Tapi, juga tidak mungkin baginya memberi kesempatan sekali lagi pada Jodi. Hatinya terlalu sakit menerima kenyataan ini. semakin diingat masalah itu semakin sakit pula ia menahan nyeri, lagi-lagi ia merasakan asin darah di bibir bawahnya. Lalu ia pun tersungkur begitu saja, untung Jodi refleks menangkapnya sehingga ia tidak jatuh ke kolam yang ada di depannya.

Sekali lagi, Jodi mengulang kata maafnya “Tolong maafkan aku. Beri aku kesempatan satu kali lagi, akan kubuktikan bahwa aku sangat mencintaimu,”

Hening. Perempuan itu diam, pikirannya sedang mempertimbangkan kata-kata Jodi tadi. Sebenci apa pun ia pada Jodi, tak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini pun ia sangat mencintanya. Meskipun rasa nyeri dan sakit di hatinya masih belum sembuh, namun dalam kata-kata Jodi kali ini ia menemukan aura ketulusan yang sebelumnya tidak ia lihat. Terlalu berat baginya mengambil sebuah keputusan. Kini dia dihadapkan pada buah simalakama. Menolak maaf Jodi, itu berarti ia akan menemukan Jodi terbaring tanpa nyawa di depan rumahnya. Entah kenapa ia percaya bahwa ancaman Jodi bukan gertak sambal belaka dan ia tidak ingin itu terjadi. Menerima maafnya itu malah akan menguak luka yang masih menganga di hatinya. Ia bingung, tak tahu harus memilih yang mana.

Bulan semakin lelah, beberapa jam lagi ia akan terusir oleh pagi. Ia sadar itu, beberapa kali ia menghela nafas panjang, seakan ingin mengusir luka di hatinya. Ia pejamkan mata, ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa keputusannya kali ini adalah yang terbaik buat semuanya. Dengan mata yang masih sembab itu, ia mencoba membendung air matanya dan menyembunyikan isaknya. Ia metatap lama wajah lelaki di sampingnya hanya untuk meyakinkannya bahwa keputusannya itu tidak salah, ia jelajahi wajahnya mencoba mencari dusta disna. Tapi, kali ini ia tidak menemukannya, yang ia lihat hanya aura penyesalan dan ketulusan saja.

Kaku sekali ia beringsut menyandarkan wajahnya pada pundak lelaki disampingnya. Ia merasakan letupan sesal disana “Aku memaafkanmu,” ucapnya lirih.



Madrasah, 28 maret 2009

Wednesday, September 17, 2008

Apakah Kita Seorang Intelektual?

Seiring dengan berkembangnya zaman, perkembangan intelektual manusia semakin pesat. mungkin hal ini karena banyaknya bahan-bahan bacaan yang mudah dijumpai dimana saja. Perkembangan intelektual ini juga didukung oleh banyaknya universitas-universitas, sarana pembelajaran yang memadai, serta perhatian manusia terhadap dunia intelektual yang semakin tinggi. Hal ini terbukti oleh banyaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah dasar atau pun di perguruan tinggi. Dengan demikian, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan merupakan faktor yang paling substansial terhadap perkembangan intelektual. Apalagi, sekarang banyak sarana untuk menyalurkan bakat. Baik itu melalui media massa; cetak maupun elektronik.

Yang ingin saya pertanyakan adalah apakah dengan kapasitas kita saat ini, kita sudah termasuk kaum intelektual? Lantas apa yang menjadi landasan, bahwa seseorang itu dapat dibilang berintelektual? Apakah diukur dari ijazah, tingkat pendidikan, atau dari kecakapannya. Meskipun pada nyatanya ia tidak pernah duduk dibangku sekolah?. Inilah yang selama ini mengganjal di benak saya. Lalu kapan istilah intelektual itu muncul?

Istilah intellectual atau intelektual muncul dari tulisan Clamenceau di salah satu harian Paris L'Aurore pada 23 Januari 1898 untuk menggambarkan para tokoh Dreyfusards (julukan bagi para pembela Kapten Dreyfus terhadap kesewenang-wenangan angkatan darat Perancis). Oleh pemerintah Perancis, kelompok ini dianggap sebagai gerakan pembangkang terhadap bangsa.

Istilah intellectual ini kemudian mendapatkan tempat lagi di dunia barat pada akhir abad ke-19 bagi sekelompok elit yang mematuhi kaidah dan norma-norma tertentu sebagai panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Sekelompok elit atau kaum intelektual ini memiliki peran sebagai agen pencerah yang memihak pada hati nurani dalam menyelesaikan problema yang timbul di masyarakat.

Membicarakan arti intelektual atau cendekiawan menghadapkan kita pada beragam penafsiran yang cukup mendasar dan aktual dalam artian bahwa, disamping memiliki arti yang seharusnya bisa menjadi patokan atau acuan, juga memiliki batasan ruang dan waktu yang harus sesuai dengan kondisi dan konteks jaman sehingga artian tersebut tetap bisa relevan.

Oleh karena itu, marilah kita mengenal apa arti intelektual itu. Intellectus dalam kaidah filsafat Islam biasa diartikan hati yang paling dalam (fu’ad). Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, intelektual lebih tepat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan cendekiawan. Orang yang terlibat dalam data dan gagasan analitis adalah ilmuwan, orang yang bergelut dalam penerapan praktis adalah teknokrat, orang yang berjuang untuk menyebarkan dan menegakkan gagasan normatif adalah moralis. Sedangkan cendekiawan adalah orang yang menggabungkan ketiganya. Cendekiawan muslim yaitu gabungan antara ilmuwan, teknokrat, moralis dan filosofis yang berlandas dan bertolak dari al-Qur’an dan Sunnah.

berdasarkan hal tersebut. Kiranya sudah jelas apa itu intelektual. Akan tetapi, di sini saya lebih menekankan intelektual dalam bentuk kapasitas sumber daya manusia serta perhatian masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. Dan mengenai pertanyaan apakah kita termasuk orang yang berintelektual, jawabannya ada pada diri anda.

Semoga saja hal ini bermamfaat buat kita semua. Dan menjadi renungan bersama. Bahwa Betapa pentingnya sebuah pengetahuan.

Tuesday, September 16, 2008

Arti Agama Bagi Manusia

Kita hidup di linkungan beragama. Pernahkah kita menyadari akan pentingnya agama bagi kamanusiaan? Tidakkah selama ini kita tahu bahwa atas nama agama manusia sering melakukan tindakan yang tidak semestinya. Selalu merasa dirinyalah yang paling benar dan paling tahu tentang agama. Tidak sedikit orang yang memaksakan fahamnya terhadap orang lain, dan main hakim sendiri. Dari sinilah kemudian timbul pertanyaan: Masihkah agama digunakan untuk menilai moral? Tampaknya tidak. Penilaian moral telah bergeser dari rumusan agama kepada rumusan humanisme universal. Sekarang orang tidak memerlukan rumusan-rumusan agama untuk menilai apakah seseorang bermoral atau tidak, apakah suatu tindakan dinilai bermoral atau amoral. Orang cukup menyandarkan pegangan pada apakah seseorang itu merugikan orang lain atau tidak. Suatu tindakan dikatakan tidak bermoral hanya jika tindakan itu merugikan orang lain. Maka wajar saja Inul dibela dimana-mana, sebab nyata ia tidak merugikan siapa-siapa.

Hal tersebut membuktikan bahwa saat ini agama sedang mengalami dekadensi penafsiran. Mungkin hal ini disebabkan oleh berkembangnya teknologi dan mode barat yang banyak dikonsumsi oleh pemuda kita. Maka wajar jika tak banyak orang yang tahu apa arti agama itu sebenarnya, dan berbagai penyelewengan arti yang tidak pada tempatnya.

Sebagian menyangka bahwa karakteristik zaman modern adalah segala sesuatu untuk manusia atau humanisme, termasuk agama untuk manusia. Padahal dalam pandangan tradisional, manusia untuk agama. Mereka mengatakan, dalam penafsiran klasik terhadap agama, kedudukan manusia lebih rendah dari agama dan akidah. Dengan dasar ini, manusia berkhidmat pada agama dan jiwa manusia menjadi tidak bernilai, serta dengan mudah mereka akan mengorbankan jiwanya demi agama. Adapun di masa modern, manusia menempatkan dirinya lebih tinggi dari agama, dan ini berarti bahwa manusia tidak mengorbankan diri demi agama dan membunuh seseorang atas nama agama. Inilah yang disebut dekadensi penafsiran manusia terhadap agama.

Maka, dengan demikian tak dapat disangkal lagi bahwa saat ini manusia telah mulai merubah pandangan mereka dari agama kepada hal-hal yang bersifat materi. Jangankan mengindahkan norma-normanya melaksanakan kewajibannya saja mereka ogah. Bahkan demi materi seseorang rela mengorbankan kehormtannya. Seperti kasus natalian dylan, sarjana dari Sacramento State University. Gadis ini melelang keperawanannya di situs lelang eBay dan uangnya akan digunakan untuk membayar biaya sekolah yang belum lunas. "Memang melelang keperawanan tidak akan menyelesaikan seluruh masalah saya, tetapi paling tidak akan membuat keuangan saya stabil," kata gadis 22 tahun itu kepada Insider, 12 September lalu.(kompas,16 september 2008).

Ini sebabnya kenapa agama begitu penting bagi manusia. Agar kehidupan manusia serba teratur.Seandainya tak da satupun agama didunia ini yang mengatur segala seluk-beluk kehidupan manusia, mungkin kita tidak akan pernah tahu siapa bapak-ibu kita. Karena tidak ada halangan bagi manusia mau berbaur dengan siapa saja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Sungguh berbahagialah kita semua karena memiliki agama dan Tuhan tempat kita memohon dan meratap.

Monday, September 15, 2008

Mengenal Hakekat Ramadlan

Ramadlan adalah bulan suci yang ditunggu-ditunggu oleh umat islam. ia adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Barang siapa berbuat kebaikan pada bulan itu, pahalanya akan dilipat gandakan dan pada bulan ini juga ada malam sepesial yakni malam seribu bulan yang disebut dengan malam "lailatul qadar" Namun sedikit sekali orang yang menyadari hal ini. Walaupun nyatanya mereka tetap melakukan puasa, akan tetepi masih kurang memperhatikan apa hakekat puasa itu sendiri.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. ﴿البقرة: ١٨٥﴾

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan bathil). Karena itu barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al-Baqarah: 185)

Asal puasa

Adapun asal dari puasa itu, maka berbuka puasa pada permulaan Islam, adalah dari terbenam matahari sampai tidur. Apabila seseorang tidur, meskipun setelah sesa'at kemudian bangun, maka haram atasnya makanan, minuman dan hubungan seksual, seperti puasa Ahli Kitab. Demikian pula waktu berbuka itu habis dengan kedatangan waktu shalat 'isyak. Dan sebab apa yang terjadi pada diri sahabat Qais dan lainnya, maka Allah swt. memberi keringanan dan memperluas waktu berbuka sampai terbit fajar. Maka bagi Allah-lah tambahan pujian.

Bulan puasa (Ramadlan)

Allah swt. telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadlan, karena dalam bulan Ramadlan tersebut Allah swt. menurunkan Al Qur'an. Kewajiban berpuasa ini telah ditetapkan berdasarkan Al Qur'an, Al Hadits dan ijma' para ulama'.

Allah swt. mewajibkan puasa ini pada bulan Sya'ban tahun ke-2 dari Hijrah Nabi saw. Dalam surat Al Baqarah ayat 185. Allah swt. ber-firman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِى اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ، وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَــلَىسَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ، يُرِيْدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ .

"Bulan Ramadlan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan dari petunjuk tersebut serta sebagai pemisah antara yang hak dan yang batal. Maka barang siapa di antara kamu sekalian yang hadir (tidak bepergian)pada bulan Ramadlan, hendaklah dia berpuasa. Barang-siapa yang sakit atau dalam perjalanan, kemudian dia berbuka, maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu, dan hendaklah kamu sekalian menyempurnakan bilangan bulan Ramadlan dan hendaklah kalian meng agungkan Allah karena petunjuk yang telah Allah berikan kepada kalian, dan agar kalian bersyukur".

Pengertian dari ayat di atas ialah bahwa hari-hari yang telah ditentukan, yang kita diwajibkan berpuasa, adalah bulan Ramadlan.

Allah swt. telah mengkhususkan bulan Ramadlan dengan ibadah puasa ini ialah karena dalam bulan Ramadlan Allah swt. menurunkan kitab Al Qur'anul Karim, yang dengan Al Qur'an tersebut Allah swt. memberi petunjuk kepada manusia ke jalan kebahagiaan. Dan dalam Al Qur'an tersebut Allah swt. menjelaskan apa yang memberi melarat dan yang memberi manfa'at.

Sesungguhnya puasa pada bulan Ramadlan ini adalah menjadi kewajiban atas orang yang tidak bepergian lagi dalam keadaan sehat. Adapun orang yang sakit atau dalam perjalanan, maka diperbolehkan baginya berbuka puasa beserta mengqadla' pada hari-hari lain.

Sesungguhnya Allah swt. menghendaki setiap kebaikan bagi kita dan tidak memaksa kita melakukan apa saja yang kita tidak mampu melakukannya. Sehingga Allah swt. memperbolehkan bagi orang yang tidak mampu berpuasa untuk berbuka.

Allah swt. telah membatasi puasa dengan bulan yang telah diketahui permulaan dan akhirnya, agar kita melakukan puasa pada bulan tersebut dengan sem purna; dan agar kita mengetahui kadar rahmat dan kebaikan Allah, sehingga kita dapat mensyukuri-Nya, dan agar Allah swt. melimpahkan rahmat-Nya.

Rasulullah saw. telah bersabda:

اِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ بِالاَغْلاَلِ الشَّيَاطِيْنُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

"Apabila datang bulan Rammadlan, maka dibukalah pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaithan-syaithan dengan rantai-rantai". HR. Muslim

Rasulullah saw. bersabda:

اَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ وَوَسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

"Bulan Ramadlan itu permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan dan penghabisannya adalah pembebasan dari neraka".

Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ - عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ

"Barangsiapa yang shalat malam pada bulan Ramadlan karena dorongan iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampunkan apa yang telah lalu dari dosanya". Diriwayatkan dari Abu Hurairah.

Rasulullah saw. bersabda:

اَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ اَبْوَابُ السَّمَآءِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ اَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ . لِلّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرِ ، فَمَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ . رَوَاهُ النَّسَائِى

"Telah datang padamu sekalian Ramadlan, yaitu bulan yang diberkahi. Allah 'azza wa jalla telah mewajibkan pada kamu sekalian berpuasa pada bulan Ramadlan. Pada bulan Ramslan, dibuka pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka Jahim, dan dibelenggu tempat-tempat datang syaithan. Dalam bulan Ramadlan, Allah mempunyai satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Maka barangsiapa yang dicegah pada kebaikan malam tersebut, maka benar-benar dia telah dicegah". HR. Nasa'i.

Syarat puasa

Allah swt. telah mewajibkan puasa Ramadlan atas setiap orang muslim laki-laki dan perempuan yang baligh, berakal, selamat, dan bebas dari sakit yang menyebabkan tidak mampu berpuasa.

Bagi wanita disyaratkan agar suci dari halangan-halangan yang bersifat syara', seperti: haidl, nifas dan wiladah (melahirkan anak).

Siapakah orang yang gugur dari kewajiban puasa?

Kewajiban berpuasa itu gugur dari orang sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, dan dari orang yang gila. Sedangkan anak kecil harus diperintah menjalankan puasa karena sudah berumur 7 tahun, dan harus dipukul karena tidak mau menjalankan puasa setelah berumur 10 tahun, dengan syarat kuat berpuasa menurut Imam Hanafi, Syafi'i dan Hambali. Menurut Imam Malik, puasa anak kecil itu hukumnya makruh. Orang yang sangat tua tidak wajib berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah menurut Imam Hanafi, Syafi'i dan Hambali. Menurut Imam Syafi'i, fidyah tersebut sebanyak satu kati bahan makanan untuk setiap hari. Menurut Imam Abu Hanifah, sebanyak setengah sha' dari gandum bur, atau satu sha' gandum sya'ir atau kurma atau anggur kering (kismis). Menurut Imam Ahmad bin Hambal, sebanyak satu kati dari gandum bur, atau setengah gantang (sha') dari gandum sya'ir atau kurma atau anggur kering atau susu bubuk.

Waktu puasa

Waktu berpuasa itu adalah mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dari orang yang menja lankan puasa. Para imam madzhab telah bersepakat, bahwa puasa Ramadlan itu wajib sebab melihat hilal (ru'yat hilal) atau sebab bulan Sya'ban telah sempurna 30 hari. Allah swt. berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 185:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ .

"Maka barangsiapa yang menyaksikan bulan, hendaklah dia berpuasa".

Dan telah datang dari Rasulullah saw. bahwa beliau telah bersabda:

صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَاَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ ، فَاِنْ حَالَ بَيْنَكُمْ وبَيْنَهُ سَحَابٌ اَوْغَمَامَةٌ فَاَتِمُّوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا . وَفِى رِوَايَةٍ : فَاِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا .

"Berpuasalah kamu sekalian karena melihat hilal dan berhari rayalah kamu sekalian karena melihat hilal. Jika awan atau mendung menghalangi antara kamu sekalian dan antara hilal, maka sem-purnakanlah bilangan tiga puluh hari. Dan dalam satu riwayat: Jika ditutupi mendung di atas kamu sekalian, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya'ban tiga puluh hari".

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda:

لاَ تَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوُوْا الْهِلاَلَ وَلاَ تُفْطِرُوْا حَتَّى تَرَوْهُ . فَاِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوْا لَهُ . رَوَاهُ الْخَمْسَةُ

"Janganlah kamu sekalian berpuasa sehingga kamu sekalian melihat hilal, dan janganlah kamu sekalian berhari raya sehingga kamu sekalian melihatnya. Jika ditutupi mendung di atas kamu sekalian, maka perkirakanlah hilal tersebut". HR. Lima orang ahli hadits.

Menetapkan ru'yah

Menurut Imam Abu Hanifah ru'yah itu dapat ditetapkan apabila langit cerah, hilal tersebut dapat disaksikan oleh orang-orang muslim yang banyak yang khabar mereka dapat meyakinkan; dan dalam keadaan mendung dilihat oleh seorang yang adil, baik orang laki-laki atau perem puan, orang merdeka atau budak.

Menurut Imam Malik, ru'yah itu tidak dapat diterima kecuali dilihat oleh dua orang yang adil. Sedang menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin hambal, cukup dilihat oleh seorang yang adil. Dan kesaksian orang yang adil tersebut cukup apabila dia mengatakan:

اَشْهَدُ اَنِّى رَاَيْتُ الْهِلاَلَ

(Saya bersaksi bahwa saya melihat hilal), meskipun dia tidak mengatakan: "Sesungguhnya besok pagi adalah termasuk bulan Ramadlan".

Kesaksian melihat hilal itu disyaratkan diucapkan di hadapan hakim atau wali negara, atau orang yang mewakili kedua beliau, dari tokoh-tokoh agama Islam, agar mereka menghukumi keabsahan ru'yah. Keputusan hukum itu haruslah dengan mengucapkan: "Saya menetapkan hukum dengan ketetapan hilal bulan Ramadlan", atau: "Telah tetap bagiku, hilal bulan Ramadlan".

Pada waktu ru'yah hilal sudah ditetapkan oleh hakim atau wali negara atau orang yang mewakili, maka wajib puasa bagi orang yang tidak melihat hilal. Hal tersebut adalah menurut Imam Abu Hanifah. Menurut Imam Malik, wajib berpuasa atas setiap orang yang sampai kepadanya berita ru'yah dari dua orang yang adil, meskipun keduanya tidak melakukan kesaksian di hadapan hakim. Menurut Imam Syafi'i, ru'yah hilal itu menjadi tetap dengan kesaksian di hadapan hakim, dilihat dari segi kewajiban puasa bagi orang umum. Menurut Imam Ahmad bin Hambal, kesaksian tersebut tidak disyaratkan di hadapan hakim, dan tidak pula disyaratkan penetapan hukum terhadap ru'yah. Tetapi,kapan saja seseorang yang adil melihat hilal, maka wajib berpuasa bagi semua orang Islam.

Dan disunnatkan bagi orang yang melihat hilal untuk mengucapkan apa yang telah diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. , katanya:

اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ ، اَللّهُمَّ اَهِلَّنَا عَلَيْنَا بِالاَمْنِ وَالإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالسَّلاَمِ وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، رَبِّى وَرَبُّكَ اللّهُ .

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Ya Allah, tampakkanlah kami atas diri kami dengan aman, iman, tidak bercacad, selamat, dan pertolongan terhadap apa yang Engkau cintai dan Engkau ridlai. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah".

Puasa hari syak

Puasa pada hari syak (tanggal 30 Sya'ban), adalah terdapat perbedaan pendapat dalam madzhab empat.

Menurut Imam Abu Hanifah, puasanya sah, serta hukum nya makruh. Kemudian jika ternyata hari tersebut adalah tanggal 1 Ramadlan, maka puasanya mencukupi untuk puasa Ramadlan, dan jika bukan tanggal 1 Ramadlan, maka puasanya menjadi sunnat. Menurut Imam Malik bin Anas, puasanya sah serta hukumnya makruh. Dan jika ternyata hari tersebut adalah tanggal 1 Ramadlan, maka puasanya tidak mencukupi untuk puasa Ramadlan. Menurut Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, puasanya tidak sah untuk puasa Ramadlan dan juga tidak sah untuk puasa sunnat, kecuali apabila bertepatan dengan kebiasaan/adat baginya. Menurut Imam Ahmad bin Hambal, jika keadaan langit cerah, maka makruh puasanya, dan jika keadaannya mendung, maka wajib berpuasa.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi Muhammad saw. telah bersabda:

لاَ تَصُوْمُوْا قَبْلَ رَمَضَانَ ، صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ ، وَاَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ ، فَاِنْحَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ سَحَابٌ ، فَاَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا ، وَلاَتَسْتَقْبِلُوْا الشَّهْرَ اِسْتِقْبَالاً . وَفِى رِوَايَةٍ : وَلاَ تَسْتَقْبِلُوْا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ .

"Janganlah kamu sekalian berpuasa sebelum Ramadlan. Puasalah kamu sekalian karena melihat hilal, dan berhari rayalah kamu sekalian karena melihat hilal. Jika awan menghalangi antara kamu sekalian dan antara hilal, maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban 30 hari. Janganlah mengajukan bulan dengan benar-benar mengajukan.

Dan dalam satu riwayat beliau bersabda: "Janganlah kamu sekalian mengajukan Ramadlan dengan berpuasa satu hari dari bulan Sya'ban".

Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِى يُشَكُّ فِيْهِ فَقَدْ عَصَى اَبَا الْقَاسِمِ .

"Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan (tanggal 30 Sya'ban), maka benar-benar dia telah mendurhakai Bapak si Qasim (Rasullah saw.)".

Keutamaan Puasa

Selain untuk menahan lapar, sebenarnya puasa mengandung banyak mamfaat. Selain untuk mengurangi tekanan syahwat bagi yang belum menikah puasa juga dapat membuat orang sehat.

Rasulullah saw. Bersada:

الصوم تصح""

"berpuasalah kamu maka kamu akan sehat".

Adapun Puasa itu sendiri memiliki dua keutamaan yang tidak ditemukan pada ibadah lainnya, yaitu:

1. Puasa merupakan amal tersembunyi. Pada umumnya orang lain tidak mengetahuinya. Dan kemungkinan besar bercampur dengan riya'.

2. Puasa sebagai benteng bagi orang-orang yang bertaqwa dari musuh Allah ( dari godaan setan) dan dari hawa nafsu yang membara (trutama bagi mereka yang tidak menikah).

Sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi tentang keutamaan puasa.

اَلصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. (رواه البخاري ٣/٣، ٩/١٧٥ ومسلم ٣/١٥٧-١٥٨)

"Puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya". (HR. Bukhari 3/3, 9/175 dan Muslim 157-158)

Sebenarnya cukuplah satu hadits qudsi yang mulia itu menunjukkan keutamaannya. Akan tetapi orang-orang yang berpuasa itu berbeda dan bertingkat-tingkat dalam hal mendapatkan pahala dan keutamaannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. (رواه ابن ماجه ١/٥٣٩ والدارمي ٢/٢١ وأحمد ٢/٤٤٦، ٣٧٣ والبيهقي ٤/٢٧٠ من طرق سعيد المقبري عن أبي هريرة)

"Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan dari puasanya selain dari rasa lapar dan dahaga". (HR. Ibnu Majah 1/539, Ad-Darimi 2/21, Ahmad 2/446, 373 dan Al-Baihaqi 4/270 dari jalan Sa’id Al-Muqbiri dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)

Hal ini terjadi disebabkan orang yang berpuasa tidak mengerti hakekat puasa sehingga tidak melaksanakannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya dan puasanya tidak mendatangkan apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.

semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tidak mengetahui dan slalu mengamalkan apa yang kita tahu, termasuk juga mengamalkan dan memamfaatkan moment ini. Tidak hanya menahan lapar dah haus saja. Tapi benar-benar ikhlash dan mengharap ridha-Nya. Karena banyak kita jumpai disekeliling kita orang yang berpuasa, sementara ia tidak tahu apa arti puasa itu sendiri. Bahkan juga tidak sedikit orang yang berpuasa hanya karena ingin dibilang muslim yang kaffah ( riya') naudzubillahi min dalik".